nasehat ini ditulis oleh Salim A. Fillah
Pak Prabowo, kami memilih Anda, tapi..
Tapi sungguh orang yang jauh lebih mulia daripada kita semua, Abu Bakr
Ash Shiddiq, pernah mengatakan, “Saya telah dipilih untuk memimpin
kalian, padahal saya bukanlah orang yang terbaik di antara kalian. Kalau
saya berlaku baik, bantulah saya. Dan kalau anda sekalian melihat saya
salah, maka luruskanlah.”
Maka yang kami harapkan pertama kali dari Anda, Pak
Prabowo, adalah sebuah kesadaran bahwa Anda bukan pahlawan tunggal
dalam masa depan negeri ini. Barangkali memang pendukung Anda ada yang
menganggap Andalah orang terbaik. Tetapi sebagian yang lain hanya
menganggap Anda adalah sosok yang sedang tepat untuk saat ini. Sebagian
yang lainnya lagi menganggap Anda adalah “yang lebih ringan di antara
dua madharat”.
Tentu saja, mereka yang tidak memiliih Anda menganggap Anda bukan yang terbaik, tidak tepat, dan juga berbahaya.
Dan jika Anda, Pak Prabowo, nantinya terpilih menjadi Presiden, maka
mereka semua akan menjadi rakyat yang dibebankan kepada pundak Anda
tanggungjawabnya di hadapan Allah. Maka kami berbahagia ketika Anda
berulang kali berkata di berbagai kesempatan, “Jangan mau dipecah belah.
Jangan mau saling membenci. Kalau orang lain menghina kita, kita
serahkan pada Allah Subhanahu wa Ta’ala, Tuhan Maha Besar.”
Dan
Anda juga harus menyadari bahwa barangsiapa merasa jumawa dengan
kekuasaan, maka beban kepemimpinan itu akan Allah pikulkan
sepelik-peliknya di dunia, dan tanggungjawabnya akan Dia jadikan
penyesalan serta siksa di akhirat. Adapun pemimpin yang takut kepada
Allah, maka Dia jadikan manusia taat kepadanya, dan Dia menolong
pemimpin itu dalam mengemban amanahnya.
Pak Prabowo, kami memilih Anda, tapi..
Tapi sungguh orang yang jauh lebih perkasa daripada kita semua, ‘Umar
ibn Al Khaththab, pernah mengatakan, “Seandainya tidaklah didorong oleh
harapan bahwa saya akan menjadi orang yang terbaik di antara kalian
dalam memimpin kalian, orang yang terkuat bagi kalian dalam melayani
keperluan-keperluan kalian, dan orang yang paling teguh mengurusi
urusan-urusan kalian, tidaklah saya sudi menerima jabatan ini. Sungguh
berat bagi Umar, menunggu datangnya saat perhitungan.”
Maka
yang kami harapkan berikutnya dari Anda, Pak Prabowo, adalah sebuah
cita-cita yang menyala untuk menjadi pelayan bagi rakyat Indonesia.
Sebuah tekad besar, yang memang selama ini sudah kami lihat dari
kata-kata Anda. Dan sungguh, kami berharap, ia diikuti kegentaran dalam
hati, seperti ‘Umar, tentang beratnya tanggungjawab kelak ketika
seperempat milyar manusia Indonesia ini berdiri di hadapan pengadilan
Allah untuk menjadi penggugat dan Anda adalah terdakwa tunggal bila
tidak amanah, sedangkan entah ada atau tidak yang sudi jadi pembela.
Pak Prabowo, jangankan yang tak mendukung Anda, di antara pemilih
Andapun ada yang masih meragukan Anda karena catatan masa lalu. Saya
hendak membesarkan hati Anda, bahwa ‘Umar pun pernah diragukan oleh para
tokoh sahabat ketika dinominasikan oleh Abu Bakr sebab dia dianggap
keras, kasar, dan menakutkan. Tapi Anda bukan ‘Umar. Usaha Anda untuk
meyakinkan kami bahwa kelak ketika terpilih akan berlaku penuh kasih
kepada yang Anda pimpin harus lebih keras daripada ‘Umar.
Pak
Prabowo, kami memilih Anda karena kami tahu, seseorang tak selalu bisa
dinilai dari rekam jejaknya. ‘Umar yang dahulu ingin membunuh Nabi, kini
berbaring mesra di sampingnya. Khalid yang dahulu panglima kebatilan,
belakangan dijuluki ‘Pedang Allah’. Tapi Anda bukan ‘Umar. Tapi Anda
bukan Khalid. Usaha Anda untuk berubah terus menjadi insan yang lebih
baik daripada masa lalu Anda akan terus kami tuntut dan nantikan. Ya,
maaf dan dukungan justru dari orang-orang yang diisukan pernah Anda
‘culik’ menjadi modal awal kepercayaan kami kepada Anda.
Pak Prabowo, kami memilih Anda, tapi..
Tapi orang yang jauh lebih dermawan daripada kita semua, ‘Utsman ibn
‘Affan, pernah mengatakan, “Ketahuilah bahwa kalian berhak menuntut aku
mengenai tiga hal, selain kitab Allah dan Sunnah Nabi; yaitu agar aku
mengikuti apa yang telah dilakukan oleh para pemimpin sebelumku dalam
hal-hal yang telah kalian sepakati sebagai kebaikan, membuat kebiasaan
baru yang lebih baik lagi layak bagi ahli kebajikan, dan mencegah diriku
bertindak atas kalian, kecuali dalam hal-hal yang kalian sendiri
menyebabkannya.”
Ummat Islam amat besar pengorbanannya dalam
perjuangan kemerdekaan negeri ini. Pun demikian, sejarah juga
menyaksikan mereka banyak mengalah dalam soal-soal asasi kenegaraan
Indonesia. Cita-cita untuk mengamalkan agama dalam hidup berbangsa
rasanya masih jauh dari terwujud.
Tetapi para bapak bangsa,
telah menitipkan amanah Maqashid Asy Syari’ah (tujuan diturunkannya
syari’at) yang paling pokok untuk menjadi dasar negara ini. Lima hal
itu; pertama adalah Hifzhud Diin (Menjaga Agama) yang disederhanakan
dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Kedua Hifzhun Nafs (Menjaga Jiwa)
yang diejawantahkan dalam sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Ketiga
Hifzhun Nasl (Menjaga Kelangsungan) yang diringkas dalam sila Persatuan
Indonesia. Keempat Hifzhul ‘Aql (Menjaga Akal) yang diwujudkan dalam
sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan Perwakilan. Dan kelima, Hifzhul Maal (Menjaga Kekayaan)
yang diterjemahkan dalam sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat
Indonesia.
Pak Prabowo, kami memilih Anda sebab kami berharap
Anda akan melaksanakan setidak-tidaknya kelima hal tersebut; menjaga
agama, menjaga jiwa, menjaga kelangsungan, menjaga akal, dan menjaga
kekayaan; dengan segala perwujudannya dalam kemaslahatan bagi rakyat
Indonesia. Kami memilih Anda ketika di seberang sana, ada wacana semisal
menghapus kolom agama di KTP, melarang perda syari’ah, mengesahkan
perkawinan sejenis, mencabut tata izin pendirian rumah ibadah,
pengalaman masa lalu penjualan asset-aset bangsa, lisan-lisan yang
belepotan pelecehan kepada agama Allah, hingga purna-prajurit yang
tangannya berlumuran darah ummat.
Pak Prabowo, seperti ‘Utsman,
jadilah pemimpin pelaksana ungkapan yang amat dikenal di kalangan
Nahdlatul ‘Ulama, “Al Muhafazhatu ‘Alal Qadimish Shalih, wal Akhdzu bil
Jadidil Ashlah.. Memelihara nilai-nilai lama yang baik dan mengambil
hal-hal baru yang lebih baik.”
Pak Prabowo, kami memilih Anda, tapi..
Tapi orang yang lebih zuhud daripada kita semua, ‘Ali ibn Abi Thalib,
pernah mengatakan, “Barangsiapa mengangkat dirinya sebagai pemimpin,
hendaknya dia mulai mengajari dirinya sendiri sebelum mengajari orang
lain. Dan hendaknya ia mendidik dirinya sendiri dengan cara memperbaiki
tingkah lakunya sebelum mendidik orang lain dengan ucapan lisannya.
Orang yang menjadi pendidik bagi dirinya sendiri lebih patut dihormati
ketimbang yang mengajari orang lain.”
Pak Prabowo, hal yang
paling hilang dari bangsa ini selama beberapa dasawarsa yang kita lalui
adalah keteladanan para pemimpin. Kami semua rindu pada
perilaku-perilaku luhur terpuji yang mengiringi tingginya kedudukan.
Kami tahu setiap manusia punya keterbatasan, pun juga Anda Pak. Tapi
percayalah, satu tindakan adil seorang pemimpin bisa memberi rasa aman
pada berjuta hati, satu ucapan jujur seorang pemimpin bisa memberi
ketenangan pada berjuta jiwa, satu gaya hidup sederhana seorang pemimpin
bisa menggerakkan berjuta manusia.
Pak Prabowo, kami memilih
Anda sebab kami tahu, kendali sebuah bangsa takkan dapat dihela oleh
satu sosok saja. Maka kami menyeksamai sesiapa yang ada bersama Anda.
Lihatlah betapa banyak ‘Ulama yang tegak mendukung dan tunduk mendoakan
Anda. Balaslah dengan penghormatan pada ilmu dan nasehat mereka.
Lihatlah betapa banyak kaum cendikia yang berdiri memilih Anda, tanpa
bayaran teguh membela. Lihatlah kaum muda, bahkan para mahasiswa.
Didiklah diri Anda, belajarlah dari mereka; hingga Anda kelak menjelma
apa yang disampaikan Nabi, “Sebaik-baik pemimpin adalah yang kalian
mencintainya dan dia mencintai kalian. Yang kalian doakan dan dia
mendoakan kalian.”
Pak Prabowo, kami memilih Anda, tapi..
Tapi orang yang lebih adil daripada kita semua, ‘Umar ibn ‘Abdil ‘Aziz,
pernah mengatakan, “Saudara-saudara, barangsiapa menyertai kami maka
silahkan menyertai kami dengan lima syarat, jika tidak maka silahkan
meninggalkan kami; yakni, menyampaikan kepada kami keperluan orang-orang
yang tidak dapat menyampaikannya, membantu kami atas kebaikan dengan
upayanya, menunjuki kami dari kebaikan kepada apa yang kami tidak dapat
menuju kepadanya, dan jangan menggunjingkan rakyat di hadapan kami,
serta jangan membuat-buat hal yang tidak berguna.”
Sungguh
karena pidato pertamanya ini para penyair pemuja dan pejabat penjilat
menghilang dari sisi ‘Umar ibn ‘Abdil ‘Aziz, lalu tinggallah bersamanya
para ‘ulama, cendikia, dan para zuhud. Bersama merekalah ‘Umar ibn
‘Abdil ‘Aziz mewujudkan pemerintahan yang keadilannya dirasakan di
segala penjuru, sampai serigalapun enggal memangsa domba. Pak Prabowo,
sekali lagi, kami memilih Anda bukan semata karena diri pribadi Anda.
Maka pilihlah untuk membantu urusan Anda nanti, orang-orang yang akan
meringankan hisab Anda di akhirat.
Pak Prabowo, kami memilih Anda, tapi..
Tapi kalaupun Anda tidak terpilih, kami yakin, pengabdian tak
memerlukan jabatan. Tetaplah bekerja untuk Indonesia dengan segala yang
Anda bisa, sejauh yang Anda mampu.
Sungguh Anda terpilih
ataupun tidak, kami sama was-wasnya. Bahkan mungkin, rasa-rasanya, lebih
was-was jika Anda terpilih. Kami tidak tahu hal yang gaib. Kami tidak
tahu yang disembunyikan oleh hati. Kami tidak tahu masa depan. Kami
hanya memilih Anda berdasarkan pandangan lahiriyah yang sering tertipu,
disertai istikharah kami yang sepertinya kurang bermutu.
Mungkin jika Anda terpilih nanti, urusan kami tak selesai sampai di
situ. Bahkan kami juga akan makin sibuk. Sibuk mendoakan Anda. Sibuk
mengingatkan Anda tentang janji Anda. Sibuk memberi masukan demi
kemaslahatan. Sibuk meluruskan Anda jika bengkok. Sibuk menuntut Anda
jika berkelit.
Inilah kami. Kami memilih Anda Pak Prabowo, tapi..
Tapi sebagai penutup tulisan ini, mari mengenang ketika Khalifah ‘Umar
ibn ‘Abdil ‘Aziz meminta nasehat kepada Imam Hasan Al Bashri terkait
amanah yang baru diembannya. Maka Sang Imam menulis sebuah surat
ringkas. Pesan yang disampaikannya, ingin juga kami sampaikan pada Anda,
Pak Prabowo. Bunyi nasehat itu adalah, “Amma bakdu. Durhakailah hawa
nafsumu! Wassalam.”
doa kami,
hamba Allah yang tertawan dosanya, warga negara Republik Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar