Kamis, 30 Oktober 2014

Ke Sawah Lagi



Hari ini akhirnya aku bisa ikut nenek lagi ke sawah. Sudah sekian tahun, mungkin sepuluh tahunan lebih aku gak pernah ikut lagi ke sawah nenek yang ada di seberang sungai kedua. Sebenarnya aku sudah hamper dua bulan di rumah namun belum sempat dan memang belum bisa ikut saat nenek pergi ke sawah biasanya, karena masih ada yg dilakukan yaitu seperti tes, walaupun gak tiap hari tesnya, apalagi tes cpns Cuma sekali aja yaitu kemaren, tapi kan sebelumnya perlu persiapan dulu seperti belajar. Walaupun belajarnya juga memang tidak setiap waktu, tapi tetap saja merasa tidak tenang, tidak focus jika ikut ke sawah kemaren-kemaren itu. Mungkin faktor sebenarnya malas aja kali ya, tapi dibilang malas gak juga sih, soalnya sudah lama juga aku ingin ikut ke sawah, namun waktunya belum tepat menurutku, hehehhe..
Pas ke sawah tadi itu rasanya benar-benar mengulang masa kecil dahulu. Sawah yang teduh dengan anginnya yang menyegarkan dan kicauan burung yg memecah kesunyian. Walaupun sudah banyak yg berbeda seperti dulu aliran sungainya lebih luas, dulu banyak pohon-pohon pisang sekarang pohon pisangnya tinggal satu, dulu ada pondok sekarang tinggal tiang-tiangnya dan tanahnya pun semakin meninggi. Walaupun begitu tapi suasana di bawah tanaman ubi yang menjalar itu tetap sama. Menyusup di dalamnya untuk mengambil ubi yang tersimpan di dalam bongkahan tanah. “Kuasa Allah memberikan rezeki dari dalam tanah” ucap nenek setelah berhasil mencabut ubi yang kesekian.
Sungguh sangat rindaang dan teduh berada di dalam perkebunan ubi nenek ini. Jikalau berbaring di sela-selanya pasti akan tertidur pulas. Sayangnya aku tidak bgitu diizinkan ikut membantu mencabut ubinya padahal tujuan utamaku adalah ikut membantu mencabut. Karena ada kepuasan tersendiri apabila berhasil mencabut ubi yang tertanam di bawah tanah tersebut. Aku hanya berhasil mendapatkan sebiji ubi dan ukurannya pun kecil dan itu memerlukan waktu yang cukup lama,hehe. Hal itu karena aku mencabutnya hanya menggunakan tangan kosong, sedangkan tanah yang harus digali sangat keras. Berbeda dengan nenek yang memang membawa linggis untuk menggali tanahnya.
Aku merasa sangat bangga pada nenekku, karena walau usianya sudah tua tapi tetap mandiri. Dia mengurusi tanamannya sendiri kemudian menjualnya dan uangnya bisa buat belanja. Sebenarnya kalau nenek mau diam saja di rumah dia sudah terjamin uang belanjanya karena anak-anaknya sudah cukup untuk memberikan keperluannya. Namun begitulah manusia sejati seperti nenekku tak mau hanya menunggu pemberian saja, selama dia bisa berusaha sendiri dia akan melakukannya sendiri. Lagipula nenek terlihat sangat senang dan bangga dengan sawah yang telah diurusnya sejak dulu itu. Apalagi dengan ubinya, nenek lebih suka mencabutnya sendirian daripada harus mengupah oranglain.
Begitulah harusnya setiap manusia, berusaha melakukan sesuatu selama masih bisa bergerak, masih bisa diberikan kekuatan oleh Allah. Kemudian cintailah apa yang telah dilakukan tersebut. Syukuri setiap pemberian yang Allah berikan. Aku beruntung sekali bisa kembali lagi ke sawah ini, walaupun gak manjat-manjat lagi kaya dulu tapi aku sangat bersyukur. Allah masih memberikan umur panjang kepadaku dan nenekku hingga kami bisa ke sawah ini lagi.
Karena ini bertepatan dengan hari sumpah pemuda, maka aku memaknainya bahwa setiap pemuda itu harus bisa mandiri sedini mungkin, bekerja keras, dan tak malu dengan pekerjaannya asalkan itu halal dan baik. misalnya kayak ke sawah bantuin orang tua kan gapapa.. :)  #28/10/2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar