Minggu, 06 Juli 2014

jika boleh memilih, ku rela ia pergi

Tuhan, jika boleh memilih, ku rela ia pergi
pergi membawa kenangan yg tlah terukir berhari-hari
biarlah itu menjadi masa lalu yg tidak dapat di ganggu gugat lagi
namun,
Tuhan, berikanlah aku pengganti
berikanlah seseorang yg tegap berdiri
menerima semua kekurangan dan kelebihan yg ada dalam diri ini
bersama-sama menempuh masa depan dengannya yg selalu disisi
dalam suka dan duka ia kan selalu menemani 
menggapai kebahagiaan hakiki
merajut cinta sejati
hingga sampai ke surga Ilahi.
aamiinn... :)

untuk sang calon pemimpin negeri, Pak Prabowo, kami memilih Anda, tapi..

nasehat ini ditulis oleh Salim A. Fillah

Pak Prabowo, kami memilih Anda, tapi..

Tapi sungguh orang yang jauh lebih mulia daripada kita semua, Abu Bakr Ash Shiddiq, pernah mengatakan, “Saya telah dipilih untuk memimpin kalian, padahal saya bukanlah orang yang terbaik di antara kalian. Kalau saya berlaku baik, bantulah saya. Dan kalau anda sekalian melihat saya salah, maka luruskanlah.”

Maka yang kami harapkan pertama kali dari Anda, Pak Prabowo, adalah sebuah kesadaran bahwa Anda bukan pahlawan tunggal dalam masa depan negeri ini. Barangkali memang pendukung Anda ada yang menganggap Andalah orang terbaik. Tetapi sebagian yang lain hanya menganggap Anda adalah sosok yang sedang tepat untuk saat ini. Sebagian yang lainnya lagi menganggap Anda adalah “yang lebih ringan di antara dua madharat”.

Tentu saja, mereka yang tidak memiliih Anda menganggap Anda bukan yang terbaik, tidak tepat, dan juga berbahaya.

Dan jika Anda, Pak Prabowo, nantinya terpilih menjadi Presiden, maka mereka semua akan menjadi rakyat yang dibebankan kepada pundak Anda tanggungjawabnya di hadapan Allah. Maka kami berbahagia ketika Anda berulang kali berkata di berbagai kesempatan, “Jangan mau dipecah belah. Jangan mau saling membenci. Kalau orang lain menghina kita, kita serahkan pada Allah Subhanahu wa Ta’ala, Tuhan Maha Besar.”

Dan Anda juga harus menyadari bahwa barangsiapa merasa jumawa dengan kekuasaan, maka beban kepemimpinan itu akan Allah pikulkan sepelik-peliknya di dunia, dan tanggungjawabnya akan Dia jadikan penyesalan serta siksa di akhirat. Adapun pemimpin yang takut kepada Allah, maka Dia jadikan manusia taat kepadanya, dan Dia menolong pemimpin itu dalam mengemban amanahnya.

Pak Prabowo, kami memilih Anda, tapi..

Tapi sungguh orang yang jauh lebih perkasa daripada kita semua, ‘Umar ibn Al Khaththab, pernah mengatakan, “Seandainya tidaklah didorong oleh harapan bahwa saya akan menjadi orang yang terbaik di antara kalian dalam memimpin kalian, orang yang terkuat bagi kalian dalam melayani keperluan-keperluan kalian, dan orang yang paling teguh mengurusi urusan-urusan kalian, tidaklah saya sudi menerima jabatan ini. Sungguh berat bagi Umar, menunggu datangnya saat perhitungan.”

Maka yang kami harapkan berikutnya dari Anda, Pak Prabowo, adalah sebuah cita-cita yang menyala untuk menjadi pelayan bagi rakyat Indonesia. Sebuah tekad besar, yang memang selama ini sudah kami lihat dari kata-kata Anda. Dan sungguh, kami berharap, ia diikuti kegentaran dalam hati, seperti ‘Umar, tentang beratnya tanggungjawab kelak ketika seperempat milyar manusia Indonesia ini berdiri di hadapan pengadilan Allah untuk menjadi penggugat dan Anda adalah terdakwa tunggal bila tidak amanah, sedangkan entah ada atau tidak yang sudi jadi pembela.

Pak Prabowo, jangankan yang tak mendukung Anda, di antara pemilih Andapun ada yang masih meragukan Anda karena catatan masa lalu. Saya hendak membesarkan hati Anda, bahwa ‘Umar pun pernah diragukan oleh para tokoh sahabat ketika dinominasikan oleh Abu Bakr sebab dia dianggap keras, kasar, dan menakutkan. Tapi Anda bukan ‘Umar. Usaha Anda untuk meyakinkan kami bahwa kelak ketika terpilih akan berlaku penuh kasih kepada yang Anda pimpin harus lebih keras daripada ‘Umar.

Pak Prabowo, kami memilih Anda karena kami tahu, seseorang tak selalu bisa dinilai dari rekam jejaknya. ‘Umar yang dahulu ingin membunuh Nabi, kini berbaring mesra di sampingnya. Khalid yang dahulu panglima kebatilan, belakangan dijuluki ‘Pedang Allah’. Tapi Anda bukan ‘Umar. Tapi Anda bukan Khalid. Usaha Anda untuk berubah terus menjadi insan yang lebih baik daripada masa lalu Anda akan terus kami tuntut dan nantikan. Ya, maaf dan dukungan justru dari orang-orang yang diisukan pernah Anda ‘culik’ menjadi modal awal kepercayaan kami kepada Anda.

Pak Prabowo, kami memilih Anda, tapi..

Tapi orang yang jauh lebih dermawan daripada kita semua, ‘Utsman ibn ‘Affan, pernah mengatakan, “Ketahuilah bahwa kalian berhak menuntut aku mengenai tiga hal, selain kitab Allah dan Sunnah Nabi; yaitu agar aku mengikuti apa yang telah dilakukan oleh para pemimpin sebelumku dalam hal-hal yang telah kalian sepakati sebagai kebaikan, membuat kebiasaan baru yang lebih baik lagi layak bagi ahli kebajikan, dan mencegah diriku bertindak atas kalian, kecuali dalam hal-hal yang kalian sendiri menyebabkannya.”

Ummat Islam amat besar pengorbanannya dalam perjuangan kemerdekaan negeri ini. Pun demikian, sejarah juga menyaksikan mereka banyak mengalah dalam soal-soal asasi kenegaraan Indonesia. Cita-cita untuk mengamalkan agama dalam hidup berbangsa rasanya masih jauh dari terwujud.

Tetapi para bapak bangsa, telah menitipkan amanah Maqashid Asy Syari’ah (tujuan diturunkannya syari’at) yang paling pokok untuk menjadi dasar negara ini. Lima hal itu; pertama adalah Hifzhud Diin (Menjaga Agama) yang disederhanakan dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Kedua Hifzhun Nafs (Menjaga Jiwa) yang diejawantahkan dalam sila Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Ketiga Hifzhun Nasl (Menjaga Kelangsungan) yang diringkas dalam sila Persatuan Indonesia. Keempat Hifzhul ‘Aql (Menjaga Akal) yang diwujudkan dalam sila Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan. Dan kelima, Hifzhul Maal (Menjaga Kekayaan) yang diterjemahkan dalam sila Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Pak Prabowo, kami memilih Anda sebab kami berharap Anda akan melaksanakan setidak-tidaknya kelima hal tersebut; menjaga agama, menjaga jiwa, menjaga kelangsungan, menjaga akal, dan menjaga kekayaan; dengan segala perwujudannya dalam kemaslahatan bagi rakyat Indonesia. Kami memilih Anda ketika di seberang sana, ada wacana semisal menghapus kolom agama di KTP, melarang perda syari’ah, mengesahkan perkawinan sejenis, mencabut tata izin pendirian rumah ibadah, pengalaman masa lalu penjualan asset-aset bangsa, lisan-lisan yang belepotan pelecehan kepada agama Allah, hingga purna-prajurit yang tangannya berlumuran darah ummat.

Pak Prabowo, seperti ‘Utsman, jadilah pemimpin pelaksana ungkapan yang amat dikenal di kalangan Nahdlatul ‘Ulama, “Al Muhafazhatu ‘Alal Qadimish Shalih, wal Akhdzu bil Jadidil Ashlah.. Memelihara nilai-nilai lama yang baik dan mengambil hal-hal baru yang lebih baik.”

Pak Prabowo, kami memilih Anda, tapi..

Tapi orang yang lebih zuhud daripada kita semua, ‘Ali ibn Abi Thalib, pernah mengatakan, “Barangsiapa mengangkat dirinya sebagai pemimpin, hendaknya dia mulai mengajari dirinya sendiri sebelum mengajari orang lain. Dan hendaknya ia mendidik dirinya sendiri dengan cara memperbaiki tingkah lakunya sebelum mendidik orang lain dengan ucapan lisannya. Orang yang menjadi pendidik bagi dirinya sendiri lebih patut dihormati ketimbang yang mengajari orang lain.”

Pak Prabowo, hal yang paling hilang dari bangsa ini selama beberapa dasawarsa yang kita lalui adalah keteladanan para pemimpin. Kami semua rindu pada perilaku-perilaku luhur terpuji yang mengiringi tingginya kedudukan. Kami tahu setiap manusia punya keterbatasan, pun juga Anda Pak. Tapi percayalah, satu tindakan adil seorang pemimpin bisa memberi rasa aman pada berjuta hati, satu ucapan jujur seorang pemimpin bisa memberi ketenangan pada berjuta jiwa, satu gaya hidup sederhana seorang pemimpin bisa menggerakkan berjuta manusia.

Pak Prabowo, kami memilih Anda sebab kami tahu, kendali sebuah bangsa takkan dapat dihela oleh satu sosok saja. Maka kami menyeksamai sesiapa yang ada bersama Anda. Lihatlah betapa banyak ‘Ulama yang tegak mendukung dan tunduk mendoakan Anda. Balaslah dengan penghormatan pada ilmu dan nasehat mereka. Lihatlah betapa banyak kaum cendikia yang berdiri memilih Anda, tanpa bayaran teguh membela. Lihatlah kaum muda, bahkan para mahasiswa.

Didiklah diri Anda, belajarlah dari mereka; hingga Anda kelak menjelma apa yang disampaikan Nabi, “Sebaik-baik pemimpin adalah yang kalian mencintainya dan dia mencintai kalian. Yang kalian doakan dan dia mendoakan kalian.”

Pak Prabowo, kami memilih Anda, tapi..

Tapi orang yang lebih adil daripada kita semua, ‘Umar ibn ‘Abdil ‘Aziz, pernah mengatakan, “Saudara-saudara, barangsiapa menyertai kami maka silahkan menyertai kami dengan lima syarat, jika tidak maka silahkan meninggalkan kami; yakni, menyampaikan kepada kami keperluan orang-orang yang tidak dapat menyampaikannya, membantu kami atas kebaikan dengan upayanya, menunjuki kami dari kebaikan kepada apa yang kami tidak dapat menuju kepadanya, dan jangan menggunjingkan rakyat di hadapan kami, serta jangan membuat-buat hal yang tidak berguna.”

Sungguh karena pidato pertamanya ini para penyair pemuja dan pejabat penjilat menghilang dari sisi ‘Umar ibn ‘Abdil ‘Aziz, lalu tinggallah bersamanya para ‘ulama, cendikia, dan para zuhud. Bersama merekalah ‘Umar ibn ‘Abdil ‘Aziz mewujudkan pemerintahan yang keadilannya dirasakan di segala penjuru, sampai serigalapun enggal memangsa domba. Pak Prabowo, sekali lagi, kami memilih Anda bukan semata karena diri pribadi Anda. Maka pilihlah untuk membantu urusan Anda nanti, orang-orang yang akan meringankan hisab Anda di akhirat.

Pak Prabowo, kami memilih Anda, tapi..

Tapi kalaupun Anda tidak terpilih, kami yakin, pengabdian tak memerlukan jabatan. Tetaplah bekerja untuk Indonesia dengan segala yang Anda bisa, sejauh yang Anda mampu.

Sungguh Anda terpilih ataupun tidak, kami sama was-wasnya. Bahkan mungkin, rasa-rasanya, lebih was-was jika Anda terpilih. Kami tidak tahu hal yang gaib. Kami tidak tahu yang disembunyikan oleh hati. Kami tidak tahu masa depan. Kami hanya memilih Anda berdasarkan pandangan lahiriyah yang sering tertipu, disertai istikharah kami yang sepertinya kurang bermutu.

Mungkin jika Anda terpilih nanti, urusan kami tak selesai sampai di situ. Bahkan kami juga akan makin sibuk. Sibuk mendoakan Anda. Sibuk mengingatkan Anda tentang janji Anda. Sibuk memberi masukan demi kemaslahatan. Sibuk meluruskan Anda jika bengkok. Sibuk menuntut Anda jika berkelit.

Inilah kami. Kami memilih Anda Pak Prabowo, tapi..

Tapi sebagai penutup tulisan ini, mari mengenang ketika Khalifah ‘Umar ibn ‘Abdil ‘Aziz meminta nasehat kepada Imam Hasan Al Bashri terkait amanah yang baru diembannya. Maka Sang Imam menulis sebuah surat ringkas. Pesan yang disampaikannya, ingin juga kami sampaikan pada Anda, Pak Prabowo. Bunyi nasehat itu adalah, “Amma bakdu. Durhakailah hawa nafsumu! Wassalam.”

doa kami,

hamba Allah yang tertawan dosanya, warga negara Republik Indonesia

Sabtu, 05 Juli 2014

sedikit alasan sebuah pilihan untuk 5 tahun ke depan

 X : katanya dulu kamu kagum bingit sama pak j**, kok sekarang gak lagi ?
Y : emang bener, dulu kagum banget, apalagi saat beliau hadir di mata najwa waktu itu bersama 4 org keren lainnya. hanya pak j** yg tak mau menanggapi pertanyaan ttg jika beliau jadi presiden, beliau saat itu hanya memikirkan banjir jakarta, jakarta dan jakarta. tapi kok sekarang nyapres
X : katanya dg dia jadi presiden maka akan mudah membenahi jakarta
Y : ah masa iya, tapi kan presiden tdk hanya mikirkan jakarta,. gak nyangka aja bisa berubah pikiran secepat itu.
X : mungkin beliau sudah merencanakannya jauh2 hari.
Y : kalau memang sudah direncanakan jauh2 hari berarti tanggapan beliau saat di acara mata najwa itu membohongi masyarakat dong, khususnya membohongi yg menonton saat itu, saya merasa terbohongi, sakitnya tu disiniiii....
X : berarti kamu gak pilih beliau hanya karna kecewa dibohongi itu?
Y : mungkin begitu, tapi kemudian pak pr mampu mengobati sakit hati saya, beliau difitnah dsb, saat debat selalu berusaha dijatuhkan oleh lawannya itu, tapi beliau tetap tegar, tetap tak mau membalas hal2 seperti tsb.
X : tapi kan pak pr gak punya istri? kata orang dibalik lelaki sukses itu ada wanita hebat dibelakangnya, nah gimana beliau mau hebat kalo gak punya istri?
Y : jodoh itu kan ditangan Tuhan, kalau ada yg menghina beliau karna tdk punya istri/cerai berarti tdk percaya kalo jodoh ditangan Tuhan, memangnya smua org2 lainnya sudah punya jodoh skrg? msih byk yg galau kan? lagipula beliau cerai bukan karna slingkuh dg hello kitty,.
X : kalau beliau kalah ntar gimana?
Y : saya tetap mendoakan beliau selama masih ada kesempatan, kalau belum menang kan masih bisa mengabdi tanpa harus punya jabatan. lagipula beliau tulus utk rakyat, bkan karna mengharapkan harta karna beliau sudah org kaya sejak lahir...


mungkin alasan tersebut masih dangkal, tapi saya bisa melihat dari muka pak pr yg tegas ada sisi kelembutannya, dan dari hati kecil saya bilangnya sih gitu,...

Jumat, 04 Juli 2014

inspirasi dari trilogi negeri 5 menara



berawal dari promosi suami madam Halimah (pengajar kursus B.Ing) waktu kelas 3 MAN dulu yang mengatakan ada novel yang sangat bagus untuk dibaca  dan novel tersebut ada SMA***. saat itu aku sangat penasaran dan ingin sekali membacanya walau sebenernya aku bukanlah penggila novel ataupun bacaan2 lain, aku suka baca itu kdg trgntung mood dan trgantung isi promosi org lain thdp suatu bacaan yg ditawarkan org lain. akupun meminta tolong ke sahabatku yg sekolah disitu utj meminjamkan novel tsb, novel tsb akhirnya bisa dipinjam tapi aku cuma dikasih waktu 1 ato 2 hri utk selesai mmbacanya karna katanya byk yg mau minjam juga. kebetulan hari itu adl hari minggu, akupun seharian hanya membaca novel tsb, selain makan, shalat, ke kemar mandi tak ada lagi yg q lakukan sejak pagi selain membaca novel tsb. dan novel tsb berhasil q lahap dlm sehari, q lupa pastinya jam berapa aq memulai dan selesai membacanya, yg pastinya q mulai dri pagi dan selesainya malam harinya. 
negeri 5 menara, itulah namanya novelnya. aku benar2 merasa terinspirasi, dan membuatku semangat merantau pergi dari rumah, kalimat man jadda wajada (siapa yg bersungguh2 akan berhasil) benar2 menguatkan setiap langkahku selanjutnya, walaupun sampai saat ini aku masih merasa sangat jarang sekali melakukan yg namanya bersungguh2 tsb, tpi kalimat tsb mampu menguatkanku jikaku merasa malas ataupun kehilangan semangat. sampai akhirnya Allah meridhai aku untuk merantau di kota pelajar ini, dan benar adanya bahwa ada suatu kebaikan, kelebihan2 lain yg mungkin tidak ku dapatkan jika aku hanya berada di kampung halaman.   
selanjutnya, novel kedua dari trilogi negeri 5 menara ini adlh ranah 3 warna, aku sedikit menyesal karena baru sempat membca novel ini bbrapa hari yg lalu setelah selesai kuliah. padahal menurutku novel ini cocoknya dibaca pada saat masa2 masih kuliah, karena pesan yg selalu disampaikan dlm novel ini berbunyi "man shabara zhafira (siapa yg bersabar akan beruntung). novel ini bisa dijadikan penguat saat menjalani cobaan dan berbagai rintangan di masa kuliah, dan bisa memberi semangat utk mendapatkan beasiswa keluar negeri saat masih kuliah. tapi sudahlah, semua sudah berlalu, dan akupun juga telah berhasil melawan rintangan selama kuliah dulu dan telah sanggup bersabar mengahadapi ujian terberat menurutku yaitu menyelesaikan skripsi yg sampai sering berlinang air mata. 
novel ketiga adalah ranah 3 warna. malam ini aku baru saja selesai membaca novel tsb. bagiku novel ini yg paling banyak membuat airmataku berderai dan sering membuat hatiku tersentak. ada haru, ada senang, ada lucu, ada motivasi, ada penyemangat, lengkap deh,,, dan tentunya ada keinginan mempunyai pasangan seperti pembuat novel tsb, ingin punya cerita kehidupan sprti mereka, ingin punya pasangan yg saling menguatkan, saling melengkapi, yg membawaku berjalan dijalan-Nya hingga sampai pada tujuan seperti kutipan kunci dlm novel ini yaitu man saara ala darbi washala (siapa yg berjalan di jalannya akan sampai di tujuan.  Ya Allah berikanlah hamba pasangan hidup yang tebaik dari sisi-Mu, yang membawa hamba pada muara kehidupan yg sebenarnya, yng bermuara pada keridhaan-Mu, yg bermuara pada surga-Mu, ...aamiinn Ya Rabb...   novel ini sangat tepat rasanya dibaca saat udah selesai kuliah, karna di novel tsb juga mnceritakan bagaimna perjlanan alif si tokoh utama novel tsb memulai perjalanan hidupnya setelah selesai kuliah... 
terimakasih atas inspirasi yg diberikan dari novel2 tsb, semoga penulis dan tim2 pembuat novel ini selalu mendapatkan berkah dlm hidupnya... dan semoga aku bisa selalu mengambil hikmah dan mengamalkan pesan2 yg trdapat dlm novel tsb... aaamiiinnn Ya Rabb... :)