Selasa, 18 Oktober 2016

Maaf...

Ternyata satu malam tidak cukup untuk menjalankan semua misi yang ada... Terpaksa minta maaf karena belum bisa menyampaikan titipan yg diberikan... Semoga di kesempatan berikutnya bisa terlaksana... sekali lagi mohon maaf, kegiatan terlalu padat, dan langsung dijemput, dan kami tidak melewati jembatan...
Dermaga Turiram, Sabtu - 13 Agustus 2016

Signal munculll

Ini tentang kehebohan kemarin, Jum'at 26 Agt 2016. Kami yang duduk di ruang tamu sekaligus ruang keluarga dan juga jadi ruang tidur salah seorang diantara kami itu sedang membicarakan sesuatu yang tak terarah, tiba-tiba terdengar sebuah bunyi pesan masuk dari hp'ku. Waaaaa... semua spontan teriak dan bergerak menuju kamar, mengambil hp masing-masing yang sempat diabaikan karena tak bisa buat sms maupun telpon. Namun betapa bahagianya mendengar pesan masuk itu. Setelah 24 jam lebih tak ada signal, akhirnya malam ini muncul juga.

Diamku dan cerewetmu

Kamu mungkin sangat membenci tingkah diamku. Setiap kali ucapanmu yang hanya ku tanggapi dengan anggukan, atau hanya sekedar jawaban 'iya' 'tidak', kemudian membisu lagi, hingga membuatmu yang banyak bicara itu lebih cepat mengakhiri percakapan dari yang kau inginkan karena merasa tak mampu lagi membuatku berkata-kata lebih banyak. Meski setelah kau beranjak pergi banyak kutukan yang kau sebut dalam hati.
Aku, begitu sakit kepala setiap mendengar ocehanmu ini itu, yang menurutku mestinya dipilah-pilah dulu apa yang mau kau katakan. Tapi kau tidak, menerobos semuanya, mengatakan apa saja asal lawan bicaramu itu semangat, memberikan komentar-komentar, tertawa, menanggapimu dengan seantusias dirimu. Hanya aku yang tak bisa kau buat begitu. Hanya aku yang tak tertelan omonganmu. Bagiku lebih banyak yang palsu.
Maka sekarang siapa yang tak suka siapa. Sepertinya sama, lalu haruskah kita berubah.

Kesamaan kita

Ada banyak hal yang masih perlu kita bahas. Seandainya waktu itu kita punya banyak waktu, seandainya waktu itu aku yang pergi ke kampung itu tentu akan banyak hal seru yang menjadi persamaan kita, yang akan menjadi bahasan kita. Siapa tahu di waktu yang lalu sebenarnya kita pernah bertemu, siapa tahu.. Namun kenyataannya hanya aku yang mengetahui itu, entahlah kamu. Ku rasa kamu hanya tahu bahwa kita sama-sama di kampus 3, sedangkan waktu itu aku belum tahu, dan kamu pun tak mengatakan kalau kamu juga di kampus 3 walaupun kampus kita berbeda. Dan aku juga tak memberi tahu bahwa kita ada di angkatan yang sama. Waktu ku tanya angkatan berapa, kamu bilang angkatan tua, lalu kamu sebut tahunnya. Aku jadi enggan mengatakan bahwa sebenarnya kita sama, karena bagiku aku bukan angkatan tua..hehehe
Mungkin akan berbeda ceritanya jika di awal mengetahui persamaan-persamaan yang ada. Mungkin akan banyak interaksi antara kita. Walaupun aku tak yakin juga. Karena kamu ibarat bulan yang dirindukan bintang-bintang. Sedangkan aku, siapalah aku, mungkin hanya sekedar kunang-kunang...
Kimaam, 09/09/2016

Pesta berujung kematian

Hujan pagi ini seolah ikut mengantarkan kepergian seorang remaja yang telah overdosis akibat minuman memabukkan. Tangisan demi tangisan serta teriakan agar ia kembali terbangun takkan bisa mengubah yang telah terjadi. Pesta satu malam yang berujung tangisan kematian. Apa untungnya jika akhirnya sudah begitu. Ketika malam dipuaskan dengan bersuka ria hingga lupa diri, lalu ajal datang menjemput di pagi hari.  Semoga kejadian ini bisa menjadi pelajaran yang berarti bagi setiap diri yang belum menyadari untuk apa usia yang singkat ini.

Kimaam, 10 September 2016

Persamaan kita (2)

12/09/2016
Aku langsung terperanjat saat kamu menuliskan balasan "bakar kenangan kelam masa lalu"... sungguh tak menyangka kalau kita berada di frekuensi yang sama. Andai kamu tahu sebenarnya aku yang ingin menuliskan itu saat sebelumnya kamu bilang "bakar-bakar bolehhhh".. yang terlintas pertama dipikiranku adalah tentang membakar kenangan masa lalu,, tapi kuurungkan niat untuk menuliskan itu padamu, rasanya terlalu frontal, dan aku masih jaim..wkwkwk tapi sungguh tak terduga jika itu ternyata dituliskan olehmu, nyalimu tinggi juga. Membicarakan masa lalu dengan orang yang tak ada kaitannya dengan masa lalumu. Ataukah ada maksud untuk menghapus kelam masa lalu kemudian menciptakan masa depan yang indah bersama'mu'..eeeaaaaa....  entahlahhh.. tapi intinya aku sangat kaget dengan persamaan pikiran kita malam ini.
Lalu untuk topik kelam masa lalu itu seolah-olah kamu mengetahui bahwa aku baru saja kepoin foto2 jadulmu yang super alayyy. Hihihiii... mungkin itu yang kamu maksud dengan masa lalu kelam.. andai kau tau aku juga hampir sama dulu sepertimu, suka alay tapi tak sealay dirimu...hehehe

terlalu banyak persamaan yg dipaksakan, tapi bukankah tak ada yg kebetulan, semua sudah takdir Tuhan, pun jika Dia mengizinkan kita bisa saja menjadi pasangan hingga maut memisahkan.

Kcm

"Fitriana ya?" Katamu yang baru saja keluar dari sebuah ruangan bawah tangga padaku yang baru saja tiba dengan sepeda hijauku dan baru menginjakkan kaki di depan ruangan itu. "Iya" jawabku. Rupanya aku yang ditunggu-tunggu pikirku. Karena setelah aku datang rapat pun dimulai, meski masih ada lagi yang belum datang. Itu pertemuan pertemuan pertama yang ku ikuti. Sebelumnya ada capacity building yang seharusnya diikuti juga sebagai anggota baru. Tapi hari itu aku izin karena ada kegiatan juga dengan anak-anak asrama. Walaupun sebenarnya itu bukan suatu kegiatan tapi lebih pada liburan.. hehehe kami jalan-jalan   ke waduk gajah mungkur wonogiri. Hari itu 17 April 2011. Tepat satu hari setelah tanggal ulang tahunku. Walaupun tak ada kaitannya kegiatan itu dengan ulangtahunku ya ku kait-kaitkan saja. Sebenarnya ada rapat juga disana, tapi aku lupa tentang apa, karena yang ku ingat hanyalah bersenang-senang. Hehe
Kembali ke pertemuan pertama tadi. Hari itu 22 April. Disitu aku langsung diberikan satu buku, diminta menggaris sesuai petunjuk sang wakil ketua. Ternyata buku itu adalah buku keanggotaan, selanjutnya kami diminta menuliskan identitas masing-masing di buku itu. Itulah tugas pertamaku, karena saat itu aku telah diterima sebagai wakil sekretaris sesuai pilihanku, walaupun itu pilihan kedua.

26 agt 16

Kimaam, 26 Agustus 2016
Hari ini aku telah menyelesaikan buku "cinta adalah perjuangan"nya Azhar Nurun Ala.
Ada banyak rasa yang muncul. Salah satunya adalah aku ingin menjadi penulis juga. Aku ingin melahirkan sebuah buku juga. Aku ingin memiliki sebuah karya juga dari tulisan-tulisan yang berasal dari berbagai pikiran. Ya sebenarnya otakku hampir selalu melahirkan banyak tulisan yang belum sempat kutuangkan dalam bentuk nyata. Ia sering hinggap dipikiran yang kemudian akan hilang karena terlalu sering ku abaikan. Sebenarnya bukan mengabaikan, tapi penyakit malaslah yang membuat untaian-untaian kata itu menghilang. Aku ingin sekali menjadi orang yang disiplin menulis, menulis apa saja. Apa yang terjadi hari ini, apa yang ku rasa, apa yang ku mau. Banyak sekali yang ingin ku tulis. Dan dari dulu aku percaya diri bahwa aku bisa jadi penulis, walaupun penulis untuk diriku sendiri. Terlalu banyak kata-kata di dalam otak yang ku miliki, tetapi tak ku ucapkan, yang akhirnya akan terbuang sia-sia karena aku malas menuliskannya. Aku bukan orang yang suka bicara, aku tak pandai membuat orang mengobrol lama-lama denganku karena aku tak bisa melahirkan sebuah topik yang seru untuk dibahas kemudian bercerita panjang kali lebar. Aku bukan orang yang seperti itu. Tapi jauh di dalam benakku, aku punya milyaran kata yang mengantri untuk ku keluarkan. Bukan dalam bentuk ucapan, namun dalam bentuk tulisan. Sungguh aku tak begitu terlatih dalam ucapan. Lidahku terasa kelu, dan langsung memutuskan bahwa diam itu lebih baik. Banyak sekali penyerangan-penyerangan dalam bentuk ucapan mendatangiku, tapi aku tak begitu menghiraukan. Aku hanya akan tersenyum, mengatakan iya atau tidak, atau kalimat lain yang singkat tanpa ada tujuan untuk memenangkan penyerangan itu ataupun mengalahkan penyerang. Sebenarnya sama saja ya. Tapi sungguh keduanya tak ku lakukan. Aku membiarkan dengan alasan biarlah orang itu mengetahui atau mengerti atau memahami kebenarannya dari perbuatanku atau dari hal-hal lain yang tak perlu dengan ucapan penyangkalanku saat itu. Karena bagiku seseorang yang melakukan penyerangan pasti tujuannya hanya untuk menang, kalaupun dia dikalahkan tetap saja tidak terima, dia akan tetap akan menganggap dialah yang harus menang.
Ah sebenarnya apa yang ingin ku tulis sore ini, terlalu kesana kemari ya. Nah itulah bukti bahwa dibenakku terlalu banyak yang mengantri. Entah itu tentang buku tadi, tentang sikapku sendiri, bahkan ada juga tentang kamu, ya kamu yang akupun tak tahu tapi hanya ingin menuliskan kata "kamu" juga, walau tak jelas siapa yang ku tuju.

Pamit

Pamit... Ya pamit.. Kamu pernah pamit, dan itu baru 2 bulan saja. Dan aku salut, kamu masih mau mengirim sms itu. Padahal dengan berada di kota pastinya sms itu jadi nomor ke sekian. Padahal aku aja sudah beberapa hari tak membalas sms sahabatku. Ah tapi tenang dia pasti mengerti dan sangat mengerti aku malah. Kembali ke smsmu tadi. Angin apa yang membuatmu tetap mengirimiku sms. Sampai-sampai pakai kata "tes" terlebih dahulu untuk memastikan apakah nomorku sudah aktif atau belum. Dan dengan sabar menunggu balasanku kemudian membalasnya lagi dengan kata pamit. Dan waw yang paling mengejutkan adalah kamu bahkan mengabari saat kamu tiba di rumahmu (yang kamu bilang rumah bapakmu) dengan selamat. Bukankah di medsosmu lainnya pasti sedang ramai untuk menanyakan keberadaanmu, mengetahui posisimu, fans-fansmu pasti sudah menunggu dengan berbagai sambutan. Tapi ternyata kamu masih mau mengirim sms. Masih ingat dengan sms, dan masih mengirimiku sms. Padahal kamu tidak tau apakah sms itu sampai tepat waktu, apakah sms itu masuk ke hp ku, padahal kita punya perbedaan waktu yaitu selisih 2 jam. Tapi kamu tetap melakukannya. Ah bagiku itu istimewa tapi entahlah bagimu.

Senin, 17 Oktober 2016

Membaca

Membaca, membuat kita melahirkan banyak kata-kata, membuat pikiran semakin terbuka. Tentu saja tak hanya membaca tulisan tapi setiap keadaan pun mesti bisa menjadi sebuah bacaan untuk direnungkan.  Membaca situasi, membaca alam, membaca pikiran, harusnya juga terus dilakukan agar tak ada tindakan yang membuat terjadi kesalahan...

Minggu, 16 Oktober 2016

jatuh cinta itu bikin banyak kekonyolan

konyol itu saat di toko kain, liat kain batik yang sama dengan batik yang dipakai seseorang waktu ngepoin foto-fotonya. eh ternyata itu baju seragam mereka punya angakatan. hahhaaha.. Padahal niatnya mau nyama-nyamain, biar terlihat romantis gitu, biar terlihat cocok gitu...yang ada mah ntar malu-maluin aja...wkwkwk

Melepaskan....

Ahimsa berhasil meyakinkan untuk segera melepaskan, menghilangkan perasaan-perasaan tak karuan yang muncul sudah beberapa bulan. Melepaskan, mengikhlaskan, dan percaya pada jalan yang diberikan Tuhan. Jika pada akhirnya  tak sampai di titik temu maka memang itulah takdir sang Pemilik Waktu. Apalagi ini hanya perasaan yang dicipta sendiri. Menerka-nerka sendiri. Tanpa ada bukti nyata jika ia punya perasaan yang sama.

#efekephemera #ephemera 😘😘😘

Efek ephemera

Intinya jangan mendahului takdir. Jangan langsung mengambil kesimpulan atas suatu yang kau baca jika buku itu punya 440 halaman sedangkan kau masih membaca halaman 86 terus loncat ke halaman 400. Jangan, jangan biarkan dirimu larut dalam angan-angan tanpa pegangan. Jalanilah, kau dan aku adalah proses. Jika akhirnya kita berada di titik temu itulah takdir yang diberi oleh Sang Pemilik Waktu.

Sabtu, 15 Oktober 2016

Perhatian

Setiap kejadian kadang tak bisa ku maknai secara langsung, tapi setelah berhari-hari baru ku sadari makna yang terkandung. Seperti suatu komentar yang kamu tuliskan di salah satu foto yang ku posting. Kalimat-kalimat ringan namun menyimpan makna yang mendalam. Kamu bilang kenapa tidak dirapikan itu jilbab anak kecil yang rambutnya keluar. Aku langsung merasa betapa tidak perhatiannya aku terhadap hal itu. Sebagai alasanku agar tak terlalu malu, kujawab aja takut dia menangis m. Setelah itu kamu tak membalas komentar itu lagi. Dan akupun berlalu dari kejadian itu, meskipun masih menyisakan rasa tak enak di hati, entahlah rasa apa namanya. Hingga hari ini, bukti bahwa rasa tak enak itu ada, yaitu tentang kejadian komentar itu muncul lagi dipikiranku, padahal sudah beberapa waktu berlalu. Akhirnya dapat ku simpulkan, akan ketidakperhatianku ini. Memang jiwa perhatianku dalam hal langsung melakukan sesuatu itu sangat kurang sekali. Karena untuk bertindak aku harus punya alasan yang matang, dasar yang kuat, serta melalui berbagai pertimbangan dulu barulah aku melakukan sesuatu. Jika perhatian di pikiran saja itu jangan ditanya, hampir semua yang ada di sekeliling aku perhatikan, kenal ga kenal, kadang akan selalu masuk dalam otakku, menjadi bahan pemikiranku. Dan kamu, akhirnya terlihatlah jiwamu, jiwa seorang guru. Dan itulah perbedaan kita. Kamu secara langsung memperhatikan anak yang rambutnya keluar itu, dan seolah menyayangkan kenapa tidak ku rapikan. Sedangkan aku, saat itu tugasku ke sekolah hanya untuk melakukan penjaringan kesehatan, dengan memberikan sedikit penyuluhan, mengukur berat dan tinggi badan serta memeriksa kebersihan diri. Tak ada terlintas dalam benakku untuk memperbaiki jilbab anak itu, yang merupakan satu-satunya anak murid yang menggunakan jilbab di kelas itu. Padahal jika itu ku lakukan tentu sang guru tidak keberatan, dan sang anak muridpun mungkin tidak akan menangis. Tapi itu tak ku lakukan, kenapa?, karena perhatianku yang kurang tadi. Merasa tugasku ke sekolah hanya untuk melakukan hal yang ku sebut di atas tadi. Lagipula dia masih anak-anak tak apa jika ada rambut yang kelihatan, itu mungkin alasanku yang tak kuutarakan padamu. Tapi kamu lain. Betapa kerapian itu kamu perhatikan, apalagi sebagai penduduk yang minoritas disana, harusnya diperlihatkan tentang cara berjilbab yang benar. Mungkin itu pesan yang mau kamu sampaikan. Dan aku baru memahaminya sekarang. Terimakasih atas komentarmu itu. Mulai sekarang aku akan mencoba lebih perhatian lagi, tak hanya sekedar dipikiran tapi juga dengan tindakan... Nuwun nggih mas 😊😊😊

kepo

hari ini penyakit kepo itu kumat lagi. kepo pada seseorang yang dikagumi itu memang suatu pekerjaan yang tak pernah membosankan. hari ini aku lihat lagi album-album fotomu, betapa banyak foto-foto masa lalumu yang membuatku tertawa. Gaya-gaya masa remaja menuju dewasa yang  diekspresikan dengan leluasa. Sungguh banyak lucu. Dan itu tak mengurangi rasa kagumku padamu, meski gayamu begitu. Karena semua orang punya masa lalu. Sungguh aku sangat ingin membahas foto-foto lucumu itu, bersamamu,  berdua saja, hingga kita bisa tertawa berdua, bersama-sama, menertawakan foto itu. Ah akankah itu terjadi. Akankah inginku ini bisa terpenuhi. Tapi terimakasih untuk hari ini, untuk foto itu, walaupun aku melihatnya secara diam-diam, sendirian, dan ternyata tertawa sendirian itu tidak lebih baik dari tertawa dengan orang yang ditertawakan. 
Tuhan maafkan kekepoanku hari ini. Hati ini hanya belum bisa menjauh pergi. Masih ingin menanam harapan, yang entah sampai kapan akan aku simpan.

Kamis, 13 Oktober 2016

Sisa

Menyusuri jejak yang tersisa...
Mengenang yang sudah jauh disana...
Sedang saat bersama aku tak  kuasa...
Karena takut menimbulkan cemburu sang Maha Esa...
#kemarensore #mengenangkemaren #harusnyadituliskemaren #kemaren12oktober

Rabu, 12 Oktober 2016

Pertemuan yang terlewatkan

Banyak sekali moment pertemuan yang aku lewatkan, yang seandainya diusahakan mungkin akan menjadi suatu kenangan. Tapi aku terlalu penakut. Aku takut jika kita punya banyak kenangan bersama akan semakin sulit untuk aku melupa. Aku takut Tuhanku cemburu. Aku takut dan takut. Meski itu ku inginkan, tapi tak mau ku paksakan. Akhirnya pertemuan yang singkat antara kita itu sudah cukup bagiku, karena aku percaya itulah pertemuan yang Tuhan izinkan. Seandainya aku frontal, bisa saja banyak moment yang akan dilewatkan bersama. Tapi itulah, aku hanya seorang penakut.

Selasa, 11 Oktober 2016

Benci ?

Di dunia ini aku tak ingin membenci. Meski ku akui hati ini tak seutuhnya suci. Makanya ketika ada hal-hal yang mengarah pada sesuatu yang membuatku bisa kesal, marah, sedih itu sebisa mungkin ku hindari. Lebih baik aku yang menarik diri, menjauh pergi. Daripada aku mendengaf, membaca, atau mendapatkan kata-kata yang membuatku terluka, membuatku   berduka, lebih baik aku yang pergi. Karena memberikan penjelasan pada orang yang tak mau mengerti adalah perbuatan yang sia-sia. Ketika aku dikatakan benci dengan orang lain, itu juga sungguh menyakitkan, betapa diriku selalu ingin menjaga hati agar tetap stabil. Setiap keadaan yang dialami tentu tak semua orang bisa memahami. Aku tak memaksa dan tak jua berharap diterima segala apa yang ku lakukan. Aku tak jauh-jauh dari salah dan khilaf jua. Tapi setiap tindakan yang aku lakukan tentu berdasarkan alasan yang itu tak perlu ku jelaskan pada semua orang, tak perlu aku membuat pengumuman. Akupun tak sempurna. Aku mudah terluka. Makanya aku lebih senang menarik diri, membungkam kata dari keriuhan yang ada. Terserah orang mau bilang apa. Aku hanya ingin bahagia....

Pengakuan

Hari ini nemu foto dengan qoute yang kusukai di instagram... Tentang pengakuan perasaan. Banyak orang yang tak berani menyatakan perasaannya, padahal dia tak tau kalau sebenarnya orang yang disukainya pun mempunyai perasaan yang sama, bahkan mungkin lebih besar, hanya saja tak ada yang berani mengungkapkannya. Ah makanya tak usah takut, ungkapkan saja jika memang sudah siap. Tapi jangan juga asal ungkapin, apalagi sama orang yang baru dikenal, bisa-bisa malah bikin illfeel. Masa baru kenal udah bilang suka, yang ada malah dikira orang yang gampangan suka sama orang lain, cuma asal-asalan saja, untung-untungan atau bisa juga hanya untuk sementara. Rasa suka, cinta dan sejenisnya yang sudah diungkapkan mesti-mestinya memang betul-betul matang. Sudah bisa menerima dan memahami keadaannya baik dari atas maupun bawah, dari dalam keluar, dari kiri ke kanan. Artinya tak hanya sekedar suka dari pandangan mata dan terkaan rasa. Lalu bak pujangga mengirimkan rentetan kata yang tak bermakna karena cuma copy paste belaka.

Minggu, 09 Oktober 2016

Mimpi

Kini hanyalah mimpi menatap dirimu kembali disini bersamaku lagi.... Merauke, Masjid Al-Aqsha..

Kamu lagi dan kamu lagi

Kamu, iya kamu... saat melintasi mesjid raya itu, aku ingat kamu. Aku ingat betapa bahagianya bisa melihatmu lagi walaupun nampak belakangnya saja, walaupun kamu tak melihatku. Kamu, mengapa begitu betah masih membayangi hari-hariku. Sebetulnya bukan salahmu, tapi salahku, yang tak bisa melepaskanmu, dari pikiranku. Kamu, seandainya kau tahu akankah ada sikap yang berbeda darimu ? Atau jangan-jangan sebenarnya kau sudah tahu tentang perasaanku ? Hingga kamu hanya ingin menjaga, tanpa ingin berkata, tanpa ingin mencoba memperjelas semuanya karena memang belum waktunya.

Jumat, 07 Oktober 2016

Kota istimewa se-istimewa kamu

Banyak kata yang tak mampu terucap lagi bila ku ingat kota istimewa itu. Begitu banyak cerita di dalamnya, begitu banyak kenangan di sekelilingnya. Bahkan ketika aku baru mengenalmu, baru mengetahui kita di tempat yang sama dulu, semua terasa begitu istimewa. Ya kamu, kamu tiba-tiba menjadi sosok yang istimewa juga walau kita baru saling kenal, dan bahkan kita belum pernah bertemu di kota itu. Tapi bagiku, orang yang pernah berada di kota itu adalah orang yang istimewa. Tak terkecuali kamu, iya kamu... Harapanku kita bisa menghabiskan banyak waktu di kota itu, menjelajahi tiap sudut istimewa yang menawarkan kenyamanan.

Apa adanya aja lah (2)

Berasa saingan yaa... Berasa dikejar-kejar yaa... Lebih tepatnya sih ngejar-ngejar biar dapat komentar. 😁😁😁
Kembali lagi, apa adanya aja lah yaaa... Duhhh,, kebanyakan modus dehh,gak lelah kah...😆😆😆

Kamis, 06 Oktober 2016

Label nama

Di Kimaam kami punya minuman masing-masing satu karton. Tiap orang harus ingat yang mana miliknya. Untuk memudahkan mengingatnya maka tiap orang memberi tanda masing-masing,ada yang dengan merobek label merknya, ada yang menuliskan dengan angka maupun huruf. Aku biasanya menuliskan kata FISH pada botol yang ku punya. Tahukah kamu maknanya apa ? Adakah kau ingin tahu ? Ah tak perlulah ku kasih tahu. Carilah jawabannya pada kata hatimu...😁😁😁😁😁

Kembali (2)

Kini jauh sudah jarak kita. Berbeda sudah waktu yang kita punya. Kembali kesini bukan perkara mudah. Kembali menata hati yang sesungguhnya belum jua terobati. Kembali kesini menabung rindu yang entah kapan lagi bisa bertemu. Aku, yang tak jua kau tau, bahwa asaku jauh tinggi mengharapkanmu, membawaku ke dunia baru, dunia yang kau tuju, itu jualah yang akan ku tuju. Lagi-lagi aku hanya bisa mengadu, dalam diamku, dalam sepi hatiku, hanya aku dan Tuhan yang tahu. Betapa aku ingin bertemu, melihat teduh wajahmu, cerah senyummu... 

Apa adanya aja lah

Tak perlulah maksa apalagi pura-pura menyukai sesuatu yang sebenarnya tidak sepenuhnya disukai hanya demi menarik perhatian seseorang. Biar ada obrolan, biar dia menganggap bahwa ternyata memiliki kesukaan yang sama. Intinya biar bisa modus. Ah maaf aku bukan orang tipe seperti itu. Aku akan bilang tak suka jika aku memang tak suka. Aku akan bertanya jika tak tau. Tak suka aku tampil pura-pura agar terlihat sempurna. Inilah aku, yang begitu banyak kekurangan, dan begitu banyak pula kita punya perbedaan. Lalu ku harap kau bisa membuka mata, mana yang sebenarnya dan sesungguhnya, serta mana yang tipu-tipu saja, modus saja.

Rabu, 05 Oktober 2016

Tetamu urang banua

Perkenalan kami di mulai sore hari saat dia menghubungi via WA untuk menjemputku. Sampai akhirnya dia berangkat menuju alamat sesuai yang ku gambarkan... beberapa menit aku menunggu dipinggir jalan tapi tak jua dia kelihatan. Lalu ku coba melihat kembali petunjuk-petunjuk yang ku tulis. Upss ternyata aku salah sebut. Tempat yang seharusnya pamela 1 tapi ku bilang pamela 2, ini aku benar-benar lupa, dan ketika dia bertanya apakah itu jalan menuju uty aku iyakan juga, padahal kampus uty 2 di daerah situ. Aku juga menunjukkan arahnya pake arah selatan utara, ternyata dia ga ngerti katanya bukan orang jawa. Dan aku jadi punya satu pertanyaan untuk ku tanyakan sebenarnya dari daerah mana dia berasal. Dia ga nyampe2 juga, untungnya kemudian aku menyadari kesalahanku, dan memberikan petunjuk yang baru. Barulah kemudian dia sampai. Akupun minta maaf atas kesalahanku memberikan petunjuk karena kelupaanku. Dan saat aku udah naik motor pertanyaanku pun langsung tertuju padanya yaitu dari mana dia berasal. Diapun langsung jawab dari sampit kalteng. Aku langsung kaget dan memberitahu asalku. Kamipun langsung tertawa bersama. Gak nyangka ternyata kita satu daerah. Walaupun beda provinsi tapi kita punya bahasa yang sama. Akhirnya percakapan tak lagi menggunakan bahasa Indonesia, tapi jadi pakai bahasa banjar... haahahaha. Dunia sesempit ini ternyata...

Kembali

Kini aku kembali, meski wajahmu tak jua kudapati. Mungkin sudah takdir Ilahi kita belum bisa bertemu untuk saat ini, dan hati ini mencoba memahami meski sedih tak bisa dipungkiri. Harusnya aku bisa melihat, membuka mata, ga ngotot banget untuk bisa bersamamu, karena disini aku bisa menemukan banyak orang sepertimu. Tapi yang namanya hati kalau sudah bersimpati siapakah yang bisa dengan mudah menukar posisi. Aku, meski masih ragu, tapi tentu harapan itu masih menggebu. Akankah bisa bersatu jika aku tak tau apakah sebenarnya yang kamu tuju, adakah aku menjadi salah satu. Atau ini hanya inginku, yang kemudian menjadi semu karena dirimu begitu jauh dariku.