Selasa, 28 Juni 2016
Tingkatkan pendidikan kesehatan melalui "kelas kesehatan"
Jumat, 24 Juni 2016
Memperingati Hari Kesehatan Nasional ke 51 di Puskesmas Kimaam Merauke
Rabu, 22 Juni 2016
Hujan
Di Kimaam hujan itu anugerah besar yang dikirimkan Tuhan. Jika dulu sering sekali kecewa jika hujan datang karena alasan tak bisa kesana kesitu lah, cucian tak kering lah, becek lah. Tapi kini hujan itu bagaikan kekasih yang ditunggu2 kehadirannya. Rasa syukur yang begitu dalam terucap saat hujan turun. Karena akhirnya air di blong bakalan terisi, yes bisa nyuci pakaian, yuhuu gak usah angkat air di sumur deh. Itulah jenis kata-kata yang sering diucapkan ketika hujan menghampiri. Disini semua terasa berharga. Tetes demi tetes air yang turun ditampung dengan sederhana. Pernah kebayang ga mandi pakai air hujan yang sebelumnya air itu mampir diatap kemudian disalurkan ke dalam blong. Itu pernah terjadi waktu saya anak-anak dan bukan dalam rangka mandi yg sesungguhnya, karena saat itu hanyalah bermain-main saja, setelah itu pasti bakalan dibilas dengan air biasa. Tapi disini air itu dipakai untuk mandi yg sesungguhnya, tak ada pilihan lain lagi.
Bersyukur
Sungguh sangat bersyukur punya abah seorang guru, guru yang tak hanya mengajar tapi juga mendidik. Pendidikan orangtua di rumah sangat besar pengaruhnya bagi seorang anak. Dongeng2 penuh makna sebelum tidur yang dikemas dengan bahasa yg apik membuat daya pikir dan imajinasi selalu terasah. Memberikan pelajaran pada setiap kejadian. Memberikan kepercayaan seutuhnya agar anak-anaknya menjadi seseorang yang berani dan percaya diri. Abah lebih banyak mengajarkan sesuatu hal secara tersirat, ia selalu menguji anaknya untuk berpikir tentang apa makna dari sesuatu yg dikatakannya. Ketika aku diizinkan untuk kuliah jauh dari tempat tinggal, bukan berarti aku dibebaskan karena tak banyak aturan yang ia berikan. Tapi sebagai anak yang selama ini dididik dengan baik, aku sadar ia telah memberikan kepercayaan terbesarnya pada anak perempuannya untuk menuntut ilmu pada tempat yg jauh. Maka dari itu tak akan aku sia-siakan kepercayaan yg diberikannya. Semua ini membuatku berpikir akankah aku mampu melakukan itu pada anak-anakku kelak. Atau akankah Tuhan memberikanku pasangan yg bisa mendidik anak-anak di rumah, tak hanya mengandalkan pendidikan di sekolah.
Hidayah kedua
Bagiku akan ada dua hidayah terbesar dalam hidup ini. Yang pertama adalah adanya aku pada keluarga yang sempurna, dengan kehidupan yang penuh dengan anugrah hingga saat ini. Kemudian hidayah kedua itu adalah kamu. Kamu yang belum bisa aku miliki, belum bisa ku gapai, tapi masih sebatas ku harapkan. Kamu yang kuharap mampu bersamaku menjalani kehidupan selanjutnya dengan penuh cinta kasih, bersama menapaki jalan cerita hidup ini untuk menggapai surga-Nya. Bersamamu ku berharap bisa memberikan keturunan yang cerdas nan sehat serta yang patuh dan taat pada perintah agama, agama Allah yang Rahmatan lil alamin.
Hidayah kedua, ku harap kau akan segera tiba, tiba dihadapanku, membawaku pada kehidupan baru. Walaupun aku tau akan penuh dengan lika liku tapi bersamamu aku yakin kita mampu menerjang setiap waktu, selalu bersatu, berserah pada yang Maha Tahu. Hidayah kedua, akankah harapanku bisa menjadi nyata, memberikan segenap cinta pada yang selalu setia, selalu semangat dalam meraih asa dan cita hingga sampai pada surga-Nya.
Hidayah kedua, malu rasanya mengharapkanmu yang begitu sempurna, padahal diri ini tak adalah apa-apanya, hanya punya segenggam cita-cita untuk menjadi wanita yang setia.
Hidayah kedua, dalam doa ku pinta dirimu pada Yang Maha Kuasa, untuk menjadikanmu sebagai imamku, menyatukan kita dalam ikatan suci.