Jumat, 23 September 2016

Sebuah tangisan

Akhirnya air mataku menetes... sekilas penyebabnya karena buku yang sedang ku baca, karena isinya yg mengiris, dan sedikit banyaknya 'menampar' langsung ke hatiku. Di sisi lain, buku itu menjadi alat untuk memancing rasa sesakku beberapa hari ini agar keluar dalam bentuk air mata. Bisa dikatakan buku itu sarana untuk aku menangis, atas kekesalanku, kekecewaanku, keegoisanku, kesombonganku, ketakberdayaanku, keirianku, keangkuhanku, kebimbanganku, ketakutanku, kesendirianku. Artinya memang sudah takdirnya dan sudah seharusnya aku menangis hari ini. Airmata yang akhirnya keluar ini mungkin akan jadi penyakit jika tidak segera dikeluarkan. Dan beruntungnya aku membaca buku itu, mungkin ada beberapa bagian yang tak perlu ku tangisi pada isi buku itu, tapi sebenarnya yang ku tangisi adalah aib-aibku sendiri. Betapa Tuhan masih sangat sayang padaku, kenapa hatiku masih sekeras batu. Kenapa aku masih belum juga bisa berdamai. Kenapa aku masih saja terlalu terganggu pada sikap2 orang yang tidak sesuai dengan pemikiranku, padahal bisa saja menurut orang itu sikapnya sudah benar.
02/09/2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar