Setiap kejadian kadang tak bisa ku maknai secara langsung, tapi setelah berhari-hari baru ku sadari makna yang terkandung. Seperti suatu komentar yang kamu tuliskan di salah satu foto yang ku posting. Kalimat-kalimat ringan namun menyimpan makna yang mendalam. Kamu bilang kenapa tidak dirapikan itu jilbab anak kecil yang rambutnya keluar. Aku langsung merasa betapa tidak perhatiannya aku terhadap hal itu. Sebagai alasanku agar tak terlalu malu, kujawab aja takut dia menangis m. Setelah itu kamu tak membalas komentar itu lagi. Dan akupun berlalu dari kejadian itu, meskipun masih menyisakan rasa tak enak di hati, entahlah rasa apa namanya. Hingga hari ini, bukti bahwa rasa tak enak itu ada, yaitu tentang kejadian komentar itu muncul lagi dipikiranku, padahal sudah beberapa waktu berlalu. Akhirnya dapat ku simpulkan, akan ketidakperhatianku ini. Memang jiwa perhatianku dalam hal langsung melakukan sesuatu itu sangat kurang sekali. Karena untuk bertindak aku harus punya alasan yang matang, dasar yang kuat, serta melalui berbagai pertimbangan dulu barulah aku melakukan sesuatu. Jika perhatian di pikiran saja itu jangan ditanya, hampir semua yang ada di sekeliling aku perhatikan, kenal ga kenal, kadang akan selalu masuk dalam otakku, menjadi bahan pemikiranku. Dan kamu, akhirnya terlihatlah jiwamu, jiwa seorang guru. Dan itulah perbedaan kita. Kamu secara langsung memperhatikan anak yang rambutnya keluar itu, dan seolah menyayangkan kenapa tidak ku rapikan. Sedangkan aku, saat itu tugasku ke sekolah hanya untuk melakukan penjaringan kesehatan, dengan memberikan sedikit penyuluhan, mengukur berat dan tinggi badan serta memeriksa kebersihan diri. Tak ada terlintas dalam benakku untuk memperbaiki jilbab anak itu, yang merupakan satu-satunya anak murid yang menggunakan jilbab di kelas itu. Padahal jika itu ku lakukan tentu sang guru tidak keberatan, dan sang anak muridpun mungkin tidak akan menangis. Tapi itu tak ku lakukan, kenapa?, karena perhatianku yang kurang tadi. Merasa tugasku ke sekolah hanya untuk melakukan hal yang ku sebut di atas tadi. Lagipula dia masih anak-anak tak apa jika ada rambut yang kelihatan, itu mungkin alasanku yang tak kuutarakan padamu. Tapi kamu lain. Betapa kerapian itu kamu perhatikan, apalagi sebagai penduduk yang minoritas disana, harusnya diperlihatkan tentang cara berjilbab yang benar. Mungkin itu pesan yang mau kamu sampaikan. Dan aku baru memahaminya sekarang. Terimakasih atas komentarmu itu. Mulai sekarang aku akan mencoba lebih perhatian lagi, tak hanya sekedar dipikiran tapi juga dengan tindakan... Nuwun nggih mas 😊😊😊
Tidak ada komentar:
Posting Komentar