Selasa, 18 Oktober 2016

Diamku dan cerewetmu

Kamu mungkin sangat membenci tingkah diamku. Setiap kali ucapanmu yang hanya ku tanggapi dengan anggukan, atau hanya sekedar jawaban 'iya' 'tidak', kemudian membisu lagi, hingga membuatmu yang banyak bicara itu lebih cepat mengakhiri percakapan dari yang kau inginkan karena merasa tak mampu lagi membuatku berkata-kata lebih banyak. Meski setelah kau beranjak pergi banyak kutukan yang kau sebut dalam hati.
Aku, begitu sakit kepala setiap mendengar ocehanmu ini itu, yang menurutku mestinya dipilah-pilah dulu apa yang mau kau katakan. Tapi kau tidak, menerobos semuanya, mengatakan apa saja asal lawan bicaramu itu semangat, memberikan komentar-komentar, tertawa, menanggapimu dengan seantusias dirimu. Hanya aku yang tak bisa kau buat begitu. Hanya aku yang tak tertelan omonganmu. Bagiku lebih banyak yang palsu.
Maka sekarang siapa yang tak suka siapa. Sepertinya sama, lalu haruskah kita berubah.

1 komentar: